1.
Las menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1994),
" adalah penyambungan besi dengan cara
membakar. Dalam referensi-referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari
Las, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari
Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa
" las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan
dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut maman suratman (2001:1)
mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua
bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho,
Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan
Las Karbit adalah proses
penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas
aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang
telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang
dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.
Pada Las listrik, panas yang diperoleh
untuk proses pelelehan diperoleh dari perbedaan tegangan antara ujung tangkai
las dengan benda yang akan di las. Kalau elektroda las cukup dekat dengan benda
yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api permanen yang berasal
dari arus listrik. Selama melakukan las listrik, tetesan elektroda lempengan
logam berdiameter tertentu, berjatuhan menjadi kumpulan cairan logam.
Salah satu metode modern dari las
listrik adalah las plasma . Plasma adalah
gas panas yang suhunya sedemikian tinggi sehingga elektron luar molekul-molekul
gas terpisahkan dan membentuk ion. Elektroda untuk las plasma dibuat dari bahan
yang kuat, misalnya wolfram
Arus listrik mengionisasi gas plasma
sehingga terjadi arus tunggal. Sewaktu terbentuk cairan panas, kawat las bisa
ditambahkan.
Las Plasma sangat stabil. Cara ini bisa
dijalankan secara automatis, antara lain karena hasil pengelasan tidak
terpengaruh oleh panjang arus. Karena las plasma sangat cepat, ia bisa
digunakan ntuk mamasang lapisan anti karat dan anti aus pada konstruksi baja.
Las Listrik merupakan dasar dari banyak
proses las dengan aplikasi khusus. Salah satu yang paling terkenal adamah las
MIG/MAG ( Metal Inert Gas/ Metal Active Gas). Bedanya dengan las listrik biasa
ialah, dari ujung tangkai las juga keluar aliran gas. Dapat beripa gas
karbondioksida yang disebut las CO2, tetapi dapat juga argon atau campuran beberapa gas. Aliran
gas itu melindungi cairan yang meleleh dari udara sekitarnya. Udara mengandung
oksigen yang pada suhi sekitar 1800 derajat Celcius dapat membuat karat.
Elektroda atau kawat las ialah suatu
benda yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi
sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.
Banyak orang yang berpikir bahwa kawat
las hanya memiliki satu jenis saja. Apapun barang yang dilas, maka jenis las
dan bentuk kawatnya pun hanya itu-itu saja. Padahal sebenarnya, terdapat banyak
sekali jenis kawat las yang biasa dipanggil elektroda di pasaran. Satu jenis
eletroda ini dipakai khusus untuk suatu pekerjaan pengelasan. Elektroda atau
kawat las ini menentukan seberapa besar arus listrik yang pas untuk suatu
pengerjaan pengelasan. Elektroda sendiri memiliki berbagai kode spesifikasi
yang dapat kita lihat pada kardus pembungkus kawat las. Kebanyakan pengelas
biasanya menggunakan insting, pengalaman, dan kebiasaan dalam menentukan kawat
las dan besarnya arus listrik, namun, kita dapat mengenal beberapa kode yang
tertulis dalam bungkus elektroda atau kawat las, khususnya yang memiliki tipe
SMAW.
Kebanyakan masyarakat awam yang tidak
memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai dunia pengelasan berpikir bahwa
hanya ada satu kawat las saja. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya
ada berbagai jenis kawat las yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan untuk
jenis material yang berbeda. Perbedaan yang ada di antara berbagai jenis kawat
las listrik atau yang sering juga disebut elektroda ini terletak pada berbagai
hal termasuk juga besaran arus listrik yang akan dipergunakan dalam proses
pengelasan. Material yang berbeda membutuhkan besaran arus listrik yang berbeda
pula untuk memberikan hasil las yang paling pas, sesuai dengan kebutuhan yang
ada.
Standar Kawat Las Listrik
Ada standar tertentu yang dipergunakan
oleh para pelaku industri pengelasan untuk bisa menentukan elektroda yang akan
dipakai dan besaran arus listrik yang diperlukan. Standar yang umum dipakai
adalah standar yang ditentukan oleh AWS (American Welding Society), yang
merupakan badan pengelasan resmi di Amerika Serikat. Standar yang ditetapkan
oleh badan ini telah diakui secara luas dan dipergunakan sebagai standar
pengelasan di berbagai negara. Badan ini mengeluarkan standar yang dinyatakan
dengan tanda E XXXX yang berarti:
·
E merujuk pada keterangan kawat las listrik alias elektroda
·
XX (dua angka pertama) merujuk pada kekuatan tarikan dari kawat las yang
dinyatakan dalam satuan kilo pund square inch atau Ksi. Satuan ini juga sering
dinyatakan dalam lb/in²
·
X (angka ketiga) merujuk pada posisi pengelasan yang bisa dilakukan dengan
elektroda tersebut. Angka 1 menunjukkan penggunaan pada semua posisi, angka 2
menunjukkan bahwa kawat las tersebut dapat dipakai pada posisi datar dan
horizontal dan angka 3 menunjukkan bahwa kawat las tersebut hanya dapat dipakai
pada posisi flat saja
·
X (angka keempat) merujuk pada jenis pelapis dan arus yang dipergunakan
pada elektroda tersebut
Spesifikasi tersebut berlaku untuk
penggunaan pengelasan pada Mild Steel sementara untuk spesifikasi atau standar
untuk proses pengelasan yang lain seperti untuk Low Alloy Steel dan juga untuk
Stainless Steel memiliki berbagai kode tambahan lagi di belakang kode standar
yang telah disebutkan diatas. Para pelaku industri pengelasan wajib mengetahui
dengan persis apa yang tercantum pada kotak kemasan elektroda yang akan mereka
beli sehingga mereka bisa mengetahui kegunaan yang spesifik dari elektroda
tersebut.
Kawat Las Listrik Baja
Untuk elektroda yang akan dipergunakan
untuk pengelasan baja lunak sendiri terdiri atas berbagai jenis tergantung dari
material yang dipergunakan. Beberapa contoh diantaranya adalah:
·
Elektroda untuk proses pengelasan besi tuang yang terbagi lagi atas
beberapa jenis elektroda yaitu elektroda baja, elektroda nikel, elektroda
perunggu dan elektroda dengan hydrogen rendah
·
Elektroda untuk aluminium
·
Elektroda untuk pelapis keras yang bertujuan untuk memberikan lapisan yang
keras pada material yang dilas sehingga material tersebut bisa lebih tahan
terhadap berbagai hal. Elektroda jenis ini sendiri terbagi atas 3 macam yaitu
elektroda tahan aus, elektroda tahan pukulan dan elektroda tahan kikisan
Pada las gesekan, panas timbul sebagai
akibat gesekan kedua bagian logam yang akan disambung dengan berputar dalam
kecepatan tinggi . Panas hasil gesekan tersebut akan melelehkan logam, dan
kalau diberikan sedikit tekanan, maka akan terjadi sambungan. Setelah logam
mulai meleleh, koefisien gesekan akan turun dan pertambahan panas akan
berhenti, sehingga bahan tidak mungkin kepanasan.
Untuk mengelas pipa ledeng besar dengan
las gesekan, diperlukan las gesekan radikal. Kedua bagian pipa harus sedikit
terpisah sewaktu cincin logam yang mengelilinginya diputar. Pada saat tertentu,
cincin yang berputar itu ditekan. Panas hasil gesekan itu akan melelehkan
cincin bagian dalam serta ujung kedua pipa. Proses pengelasan selesai.
Las gesekan umumnya digunakan dalam
industri mobil, untuk menyambung as,
komponen bak persneling dan kolom kemudi. Dengan metode las gesek ini akan
lebih mudah untuk menyambung bahan-bahan yang sulit dilas dengan proses biasa.
Misalnya untuk menghubungkan baja dengan tembaga, tembaga dengan aluminium dan titanium.
Las Termit adalah penyambungan/las
antara dua batang rel melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit
(besioksida dengan bubuk aluminium). Metode ini dilaksanakan dengan bahan yang
sederhana dan menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya seperti berikut:
Fe2O3 + 2 Al
→ 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ
Hasil reaksi tersebut berupa besi
ditambah dengan kerak Al2O3 serta panas yang terjadi
cukup untuk mencairkan besi yang berada disekitar rel yang pada gilirannya akan
memadukan besi hasil reaksi dengan rel.
Las eksplosi digunakan untuk memasang
lapisan anti karat pada logam biasa. Metodanya dapat digambarkan sebagai
berikut. Apabila dua lempengan A dan B akan di las. Kedua lempengan ditumpuk,
dan di luar A diletakkan selapis bahan peledak yang disulut. Lempengan A akan
ditekan keras pada B dan keuda lempengan akan meleleh pada tempat kontak.
Setelah beberapa seratus detik gelombang kejut ledakan itu hilang, bahan akan
mendingin dan bagian A dan B sudah melekat.
Dalam proses las laser, digunakan sinar
laser dikarenakan laser bersifat mengumpulkan energy dalam satu titik. Umumnya
digunakan untuk mengelas komponen yang mengandung peralatan-peralatan sensitif
terhadap panas. Seperti kotak pacu jantung yang didalamnya terdapat
komponen-komponen elektronika. Keuntungannya, panas hanya terkumpul pada tempat
yang kecil. Untuk pekerjaan seperti itu dipakai laser bahan padat seperti
‘’neodymuim-YAG-laser’’. Bahan yang lebih tebal tidak dapat disambung dengan
laser seperti itu .
Namun disebut-sebut laser CO2 memiliki
energi yang lebih banyak untuk setiap milimeter perseginya. Laser ini dapat
melelehkan logam sampai sedalam 15 milimeter.
Selain sinar laser yang digunakan
dalam las laser, sinar elektron juga bisa
dipakai untuk memanaskan logam hingga titik leburnya. Bahan yang akan dilas
dihujani elektron bermuatan negatif dari batang logam untuk menyambung, yang
akan menuju ke muatan positif dari bahan yang akan dikerjakan. Sinar elektron
yang terdiri atas sejumlah elektron, setelah bertubrukan dengan logam akan
memproduksi panas. Las dengan sinar elektron selain digunakan dalam industri
nuklir, juga digunakan dalam pembuatanmesin jetpesawat terbang. Namun kelemahannya
hanya bisa dipakai di ruangan hampa udara. Molekul udara dapat mencerai
beraikan sinar elektron dan energinya langsung memudar.
2.
Las
kilatan listrik
Las kilatan listrik atau flash butt welding ini adalah
salah satu mengelas rel kereta api dengan mendekarkan ujung rel yang akan
disambung dengan memberi muatan listrik dengan arus listrik yang sangat besar.
Saat terjadi kontak atara rel dan listrik maka akan terjadi kilatan yang
memanaskan dan melehkan ujung kedua rel. Setelah ujung rel meleleh kemudian
didekatkan maka terjadi pijaran dan rel meleleh dan kemudian disatukan dengan
memberikan tekanan. Hasil sambungan dengan metode ini, lebih kuat dari pada
menggunakan las ternit dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Namun metode
ini, terlalu dan berbahaya dan tidak cocok diterapkan di Indonesia karena arus
rel dapat mengalir ke rel yang lain sehingga berbahaya jika rel dekat dengan
pemukiman penduduk terutama anak-anak yang tidak sengaja menyentuh rel yang
diberi muatan listrik dan dapat menimbulkan bahaya sengatan listrik.
3.
Las termit dilaksanakan dengan urutan:
-
Setelah penggelaran rel dilaksanakan;
-
Mal diisi dengan campuran besioksida dengan bubuk alumnium;
-
Campuran ini akan tercetus reaksinya pada suhu 900 0C;
-
Cetakan dibuka;
-
Kelebihan besi sebagai hasil
reaksi di potong selagi masih membara dan kemudian diratakan dengan menggunakan
gerinda.